Ibn Fûrak Pakar Ilmu Kalam Yang Tenggelam. Diskursus ilmu kalam dalam bentangan sejarah tradisi peradaban Islam adalah diskursus yang lebih sering menyajikan hiruk-pikuk, juga letupan yang meninggalkan serpihan pemikiran berupa sekte keagamaan, mazhab fikih dan jalan sufistik. Diskursus yang meluas menjadi konflik dengan spektrum yang tak tersekat ruang dan waktu. Mengalirkan darah, membunuh kebersamaan dan memberangus sisi-sisi kemanusiaan.

Itu yang terjadi di tepian yang kelam. Di seberang yang benderang, kajian kalam memicu fanatisme keagamaan dalam bingkai positif. Wacana-wacana ilmu kalam menjelma jernih dalam fungsi sentralnya sebagai tameng dalam mempertahankan keabsahan konsep ketuhanan ala Islam. Secara simultan, dialektika dalam ilmu kalam dengan signifikan melahirkan banyak generasi sarjana muslim klasik brilian.

Sejarah telah menyebut Mu'tazilah sebagai pioner kajian kalam. Sedang kaum Sunni dengan kelompok Asy'ariah dan Maturidiah kerap memberikan antitesa atas gagasan pihak Mu'tazilah. Salah satu pakar kalam dari kelompok Asy'ariah adalah Ibn Fûrak. Sosok sarjana raksasa yang menjadi pusat rujukan dalam rangka mengenali pemikiran Asy'ari. Selain al-Baqilani, al-Juwayni dan al-Ghazali tentunya.

Para penikmat kajian kalam mengenalnya sebagai Muhammad ibn al-Hasan ibn Fûrak al-Anshari. Ulama besar yang hidup pada abad keempat Hijriah. Tak banyak literatur klasik yang menginformasikan kehidupannya. Salah satunya adalah buku Thabaqat al-Syafi'iyyah karangan Taj al-Din al-Subkiy. Dalam bukunya itu, al-Subkiy lebih banyak menjelaskan pujian atas ketokohan Ibn Furak. Ujarnya, Ibn Furak adalah seorang sarjana besar yang berkompeten dalam kajian fikih, ushul fikih, bahasa dan kalam sekaligus.

Tokoh kalam penganut mazhab Syafii ini, oleh sebagian versi, dilahirkan di kota Isfihan. Dan menghabiskan masa remajanya dengan menuntut ilmu di Baghdad dan Bashrah. Tak puas dengan iklim pendidikan di Irak, Ibn Furak memutuskan hijrah ke kawasan al-Rayy. Sebuah kota yang kelak melahirkan sarjana besar bernama Fakhruddin al-Razi. Di kawasan tersebut, kemampuan intelektual Ibn Furak, terutama bidang fikih, kian terasah dan bahkan mencapai kematangannya akibat perjumpaannya dengan para ulama Naisabur. Di Naisabur, Ibnu Furak memimpin sebuah madrasah yang bertujuan mencetak para fuqaha.

Selain dikenal sebagai seorang pendidik, Ibn Furak juga merupakan penulis yang produktif. Beberapa data sejarah menyebutkan bahwa karya-karyanya mencapai jumlah 100 lebih. Baik yang membicarakan fikih, kalam, ushul fikih maupun tata bahasa. Seperti "Risalat fi ‘Ilm al-Tawhid", "al-Nidhami fi Ushul al-Din", "Gharib al-Qur'an" dan "al-Hudud fi al-Ushul". Salah satu karyanya yang mendapat apresiasi luas adalah Mujarrad Maqalat al-Syaikh Abi Hasan al-Asy'ari. Satu buku yang diposisikan sebagai gerbang utama ketika hendak mengkaji dan memahami pemikiran al-Asy'ari.

Jika dicermati mendalam, buku tersebut mampu membuktikan kepakaran Ibn Furak dalam kajian kalam, utamanya mazhab Asy'ariah. Tak berlebihan jika banyak yang menganggap buku Ibn Furak ini sebagai satu-satunya parameter dalam menentukan keabsahan pendapat-pendapat yang disandarkan pada al-Asy'ari. Sebab dalam kajian kalam terjadi fenomena yang memprihatinkan dengan adanya manipulasi atas pendapat-pendapat al-Asy'ari. Beberapa sarjana dari kalangan Salafiyyah dengan semena-mena mengklaim bahwa al-Asy'ari telah beralih dari mazhabnya sendiri menuju mazhab tajsim.

Argumen yang disodorkan kelompok Salafiyyah itu adalah sebuah buku yang berjudul "Risalat ila Ahl al-Tsighr" yang diklaim sebagai buku karangan al-Asy'ari. Padahal, jika diteliti, Ibn Furak tak pernah menempatkan "Risalat ila Ahl al-Tsighr" sebagai salah satu peninggalan al-Asy'ari. Secara meyakinkan Ibn Furak mengemukakan bahwa buku yang ditulis terakhir oleh al-Asy'ari adalah "Risalat fi Istihsan al-Khawdh fi ‘Ilm al-Kalam".

Kepiawaian Ibn Furak dalam penguasaan pemikiran al-Asy'ari jelas banyak terbantu oleh sosok Abu ‘Abdillah ibn Mujahid; murid al-Asy'ari. Selain kepada Abu ‘Abdillah ibn Mujahid, Ibn Furak bersama dengan al-Baqilani dan Abu Ishaq al-Isfirayiniy juga mendalami ilmu kalam pada Abu al-Hasan al-Bahiliy yang notabene merupakan murid al-Asy'ari generasi pertama.

Kiprah intelektual Ibn Furak tercatat dalam pembelaannya atas kelompok Sunni melawan pendukung Abu ‘Abdillah ibn Karram. Beberapa kali, Ibn Furak bepergian ke luar kota Naysbur untuk menghadiri undangan diskusi ataupun debat terbuka. Hingga suatu ketika, dalam perjalanan pulang dari Ghuznat menuju Naysabur, Ibn Furak diracun. Dia meninggal dan dikebumikan di Hirat pada tahun 406 H.

1 comments:

  1. Dari : Indra Gani.

    Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

    Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada KAUM MUSLIM sekaligus melindungi dari musibah : yang hidup maupun yang mati, di dunia maupun di akhirat – KHUSUSNYA Muhammad ibn al-Hasan ibn Fûrak al-Anshari. Aamiin yaa Allaah.

    Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

    A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

    Bismillahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

    Aamiin

    Bismillaahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.

    ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.

    Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.

    Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa.

    Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim.

    Ya Allaah, percepatlah kebangkitan KAUM MUSLIM. Pulihkanlah kejayaan KAUM MUSLIM, Lindungilah KAUM MUSLIM dari kesesatan dan berilah KAUM MUSLIM tempat mulia di akhirat.

    Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

    Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.

    Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.

    Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.

    Allaahumma ashlih lanaa diinanal ladzii huwa ‘ishmatu amrina Wa ashlih lanaa dun-yaanal latii fii haa ma’asyunaa. Wa ashlih lanaa aakhiratanal latii ilaihaa ma’aadunaa. Waj’alil hayaata ziyadatan lanaa fii kulli khairin. Waj’alil mauta raahatan lanaa min kulli syarrin.

    YA ALLAAH, IZINKANLAH SEGALA NAMA DAN GELAR SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHAHBIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM MEWUJUDKAN BERKAH KE SEANTERO SEMESTA – KHUSUSNYA KAUM MUSLIM.

    YA ALLAAH, CURAHKANLAH KASIH SAYANG-MU KE SEANTERO SEMESTA SEKALIGUS LINDUNGILAH DARI BENCANA – KHUSUSNYA KAUM MUSLIM.

    —— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA SYUHADA, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM, SERTA SEMUA MUSLIM SALEH YANG (TELAH) WAFAT. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.

    ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
    ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
    ———————

    Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.

    Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.

    HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.

    Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

    Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.


    Indra Ganie – Bintaro Jaya, Tang-Sel, Banten, NKRI

    ReplyDelete

 
Top